Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Lampung harus menjadi contoh bagi Provinsi lain sebagai daerah lokomotif pangan di Indonesia.
Menurutnya, Lampung harus bisa menyatukan seluruh unsur didalamnya baik dari tingkat terendah Kepala Desa, Camat, Bupati hingga Gubernur dalam menghadapi tantangan krisis pangan global.
“Dunia akan kehilangan produktivitasnya 30%, ini kata lembaga internasional termasuk kedelai,” kata Syahrul Yasin Limpo.
Ia mengungkapkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan menyiapkan 10 ribu hektare lahan untuk penanaman kedelai di Provinsi Lampung.
“Gerakan tanam kedelai harus terus digairahkan kembali sehingga ketersediaan kedelai melimpah dan harganya menjadi murah serta berdampak dalam menekan impor kedelai dari luar negeri,” ujarnya.
Syahrul juga berharap ke depan, petani kedelai dan masyarakat juga dapat mandiri dalam mengolah kedelai menjadi produk jadi seperti tempe, tahun maupun kecap.
Sementara itu, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengurangi impor pada komoditas pertanian khususnya di Lampung.
“Bagaimana ceritanya orang pertanian tidak bisa membangkitkan pertanian. Saya akan siapkan 1.000 hektare. Kalau ini berhasil, 1.000 hektare akan kita mulai bahkan lebih dari itu pada masa yang akan datang,” kata dia.
“Kita ketahui bersama, pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada beberapa komoditas unggulan nasional yang di antaranya adalah tanaman kedelai. Kedelai adalah salah satu komoditas unggulan strategis nasional di Kementerian Pertanian, yang harus terus dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,” lanjutnya.
Arinal mengungkapkan, saat ini kebutuhan kedelai di dalam negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Dalam 5 tahun terakhir kebutuhan kedelai dalam negeri sebesar 3,2 juta ton biji kering per tahun sedangkan produksi dalam negeri masih belum mencukupi.
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah sentra produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung dan ubikayu. Sedangkan untuk komoditi kedelai capaian produksi masih rendah yaitu pada Tahun 2022 berdasarkan angka sementara sebesar 1.750 ton.
Dalam rangka pencapaian produksi Tahun 2023, pemerintah melalui dana APBN Tahun Anggaran 2023 memberikan bantuan stimulan berupa benih kedelai bersertifikat dan Sarana Produksi (saprodi) lainnya untuk areal seluas 5.000 hektar yang tersebar di 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota.
Untuk di Kabupaten Tanggamus mendapatkan alokasi kegiatan pengembangan kedelai seluas 190 hektar yang tersebar di 10 kecamatan, bantuan yang diterima oleh kelompok tani yaitu paket berupa benih kedelai, Pupuk NPK non subsidi, Pestisida, dan pupuk hayati cair.
“Saya berharap dengan adanya bantuan benih dan saprodi ini, dapat meningkatkan minat petani khususnya petani di Kabupaten Tanggamus guna mengembangkan budidaya kedelai. Karena, Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi untuk pengembangan komoditi kedelai,” ujar Arinal.
(Tim/Yar/P1)